Seiring dengan peningkatan wawasan masyarakat terhadap isu lingkungan, publik semakin tertarik untuk menerapkan gaya hidup hijau dengan cara mengurangi jejak ekologis (ecological footprint) sebesar mungkin. Selain dengan mengurangi penggunaan sampah plastik, hal lain yang saat ini mulai diminati adalah pemakaian energi terbarukan, seperti panel surya.
Selama ini, pemakaian panel surya dianggap sebagai sumber energi yang demokratis karena secara teoritis dapat diakses oleh seluruh penduduk, terutama di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Indonesia juga diunggulkan karena memiliki posisi geografis yang tepat berada di khatulistiwa, sehingga menerima paparan cahaya Matahari yang konstan selama satu tahun.
Penggunaan panel surya bukan hanya dapat mengurangi biaya listrik harian, namun juga dapat mengurangi emisi karbon. Sebab, sebagian besar produksi listrik di Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil, khususnya batubara. Saat ini, diperkirakan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan panel surya berkisar sekitar Rp 14 juta untuk kapasitas 1 KWp. Meski terbilang cukup mahal, tetapi penggunaan panel surya dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang karena dapat menghemat beban biaya listrik sekitar 30 persen.
Panel surya juga relatif mudah untuk dipasang, karena hanya membutuhkan ruang kecil dan umumnya dipasang di atap sebagai PLTS atap. Keunggulan lainnya, PLTS atap dapat menyediakan energi selama masih mendapatkan paparan cahaya Matahari. “Panel surya dapat tetap menghasilkan energi bahkan saat mendung atau hujan sekalipun. Walau kena hujan atau tertutup bayangan, listrik masih tetap ada,” jelas Edwin Widjonarko, Director of Technology dari Xurya, startup lokal penyedia jasa PLTS atap.
Edwin menjelaskan bahwa saat intensitas cahaya berkurang, bukan berarti panel surya tidak dapat menghasilkan listrik sama sekali, hanya saja terjadi penurunan performa. PLTS atap terdiri dari tiga komponen utama, yaitu panel surya, inverter, dan modul mounting. Panel yang berfungsi untuk menangkap cahaya terhubung dengan inverter yang berperan untuk mengubah dan menyesuaikan tenaga dari panel menjadi listrik yang siap dikonsumsi, sedangkan modul mounting digunakan untuk memposisikan dan meletakan panel.
Selain produksi energi ramah lingkungan yang hemat dan stabil, panel surya juga dapat melindungi atap rumah. “Setiap komponen didesain untuk penggunaan outdoor, sehingga tidak perlu khawatir rusak karena hujan deras atau hujan es. Jika didesain (sejak) awal dengan benar, panel ini dapat menjadi pelindung atap rumah,” imbuhnya. Selain memiliki durabilitas tinggi, panel surya juga memiliki usia yang cukup panjang dan tidak membutuhkan perawatan yang sulit. “Untuk perawatan sangat mudah, cukup dibilas dengan air saja untuk membersihkan debu. Jika ada kotoran burung, boleh dibilas dengan sabun,” jelas Edwin.
Saat ini, penggunaan PLTS atap residensial tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun lalu, yakni sebanyak 609 rumah tangga yang tersebar di kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.
Sumber: Kompas.com